Aku baru saja mengingat peristiwa, dimana aku membuntutimu dan mengendap diam-diam memperhatikan pergerakanmu. aku melompati karung beras lalu sempat terpeleset oleh keranjang buah. dari gang itu aku melihatmu sangat jelas, begitu kau melihat kebelakang dan tersenyum kecil kepadaku aku menabrak setumpuk rak penuh buku. Bersambung...
Segala yang berhubungan dengan kamu ada disitu, aku lebih suka mengungkapkan cinta dengan nada. jika orang akan selalu minor dengan cinta, khusus untukmu aku akan selalu mayor dan minor. karna tak cuma sedih denganmu senangpun aku dapatkan denganmu. kamu memang tak ada disamping tapi akan ada di hati. aku tau kamu juga begitu terhadapku. apa yang aku ungkapkan sekarang belum cukup untuk mewakili apa yang kita gali dari awal hingga berpisah. semua tak cukup dengan nada.
Saat yang tepat adalah saat kamu merapatkan hatimu kepadaku, aku akan tetap tertunduk untuk memulai. Terlalu berat karna hubungan dulu sangat erat. Kamu mungkin akan menjadi pemenang di pertemuan kita yang direncakan, karna aku hanya akan tertunduk. Kamu terlalu baik sekali untukku, Itu sebabnya aku hanya akan tertunduk saat berhadapan denganmu, bukan aku malu. Aku hanya takut tidak bisa berhenti memandangi kamu.
Jogjakarta, 22 Juli 2011
Aku masih bersama pengembira bercerita tentang kita, dan cinta yang penuh hura. Saat aku harus memulai kata selalu ada kamu yang duluan menjadi penikmat cerita. Ini di depan teman-temanku lho. Dan kamu harus tau waktu itu langit terang benderang dan aku selalu mencoba bertahan menanti gelap. Banyak canda saat aku bilang kamu, Ada juga haru saat aku bilang tentang aku. Aku tak akan memperlihatkan kepada mereka keharuan akan dirimu. Karna Aku rela menjadi korban kerinduan asalkan tersangkanya kamu. Biar aku yang haru kamu yang hura. Dan teman-teman ku bergembira dan sedikit bangga mendegar ceritaku. Kita, Cinta Penuh Hura tapi untuk kamu bukan untuk aku.
Langganan:
Postingan (Atom)
Text
Diberdayakan oleh Blogger.